Bioma dan Habitat Darat Biogeografi | Berbagai Bioma Di Dunia
Bioma dan Habitat Darat Biogeografi | Berbagai Bioma Di Dunia - akar ekologi mengklasifikasi komunitas ekologi ke dalam bioma, yaitu kumpulan spesies yang mendiami daerah – daerah iklim utama di bumi dan secara menyolok berbeda, yang biasanya disebabkan oleh bentuk – bentuk pertumbuhan dari tumbuhan yang dominan dari semacam kumpulan spesies yang lain.
Komunitas ekologi hampir tidak tampak menggolong-golongkan satu sama lain, tetapi suatu pembagian ke dalam bioma merupakan suatu cara yang baik. Karena peranan kunci yang dimainkan oleh iklim menentukan bentuk tumbuhan apa yang terbaik dalam suatu lingkungan tertentu, berikut diberikan suatu gambaran pola – pola musim tentang temperature dan hujan bagi bentuk – bentuk komunitas.
Dengan klimograf, seseorang dapat dengan cepat melihat beberapa besar temperatur berubah selama setahun, curah hujan dan bagaimana musimnya dan sebagainya.
1. Bioma
Tempat organisme hidup di dunia ini apa kita kelompokan dalam habitat darat (terrestrial) dan habitat air (akuatik). Habitat air terdiri atas habitat air laut dan habitat air tawar.
Iklim merupakan faktor dasar yang peting untuk melukiskan habitat darat dalam skala yang besar karena iklim meliputi faktor lingkungan abiotic yang bermakna untuk kehidupan.
Perbedaan iklim dapat mengakibatkan tebentuknya bentuk – bentuk tumbuhan (vegetasi) yang spesifik. Faktor iklim regional yang temperature dan kelembapan menjadi paling penting, berinteraksi dengan faktor biotik membentuk suatu habitat skala besar yang dinamakan bioma atau daerah habitat.
Bila kamu berkelana ke seluruh pemukaan bumi, kamu akan mengenal bioma gurun, bioma padng rumput, bioma hutan tropic, dan sejumlah bioma lainya. Karena vegetasi merefleksikan gambaran dari iklim regional dan sebaliknya secara luas menentukan hakikat habitat untuk hewan, maka bioma dikenal berdasarkan bentuk – bentuk vegetasinya.
Serangkaian bioma bergerak dari bioma hutan tundra ke bioma hutan taiga, ke bioma hutan gugur, dan ke bioma hutan hujan tropis, mempunyai suatu peningkatan penyediaan energy cahaya matahari, tahunan (misalnya peningkatan temperature) dengan kelembapan yang memadai.
Rangkaian bioma lainya adalah perpindahan dari gurun ke padang rumput, ke hutan mempunyai cukup energy sinar matahari kecuali suatu peningakatan suplai kelembapan.
2. Habitat Darat
Untuk habitat darat di samping udara dan tanah, iklim juga berpengaruh dalam menentukan jenis – jenis organisme yang terdapat di suatu daerah Karena keadaan darat di bumi ini berbeda – beda sesuai dengan garis lintang dan ketinggianya, maka terbentuklah daerah habitat atau bioma.
Meskipun sebenarnya banyak terdapat bioma dibumi, di sini hanya dibicarakan enam bioma yang utama saja. Bioma – bioma tersebut antara lain adalah:
- Tundra
- Taiga
- Hutan meranggas daerah iklim sedang
- Padang rumput
- Gurun dan setengah gurun
- Sabana
- Hutan tropic basah
- Hutan mangrove atau hutan bakau
- Hutan lumut
- Vegetasi
Untuk mempelajari makhluk hidup kita perlu memahami artidan penggunaan beberapa istilah dalam konteks yang tepat, misalnya vegetasi. Yang dimaksud dengan vegetasi adalah keseluruhan tumbuhan yang terdapat di suatu tempat, kadang –kadang didefinisikan pula sebagai pentup permukaan bumi yang berupa tumbuhan.
Dengan demikian komunitas tumbuhan di dalam setiap ekosistem merupakan vegetasi tempat itu. Sesuai dengan keanekaragaman ekosistem, maka di bumi kita ini kita kenal beraneka ragam pula bentuk atau tipe vegetasi.
Tiap tipe vegetasi memberi kesan tersendiri pada penglihatan kita. Kita katakan bahwa vegetasi mempunyai fisiognomi yang berbeda – beda. Vegetasi dengan bentuk yang beraneka ragam itu dapat diklasifikasikan menjadi satuan – satuan berdasarkan berbagai kategori, dari unit kecil ke unit yang besar.
Disini hanya akan dikemukakan dua kategori unit vegetasi saja, yaitu yang dinamakan asosiasi dan formasi. Suatu asosiasi adalah suatu unit vegetasi yang hanya menutupi suatu bagian permukaan bumi yang relative sempit, yaitu bagian muka bumi (suatu tempat atau daerah) dengan kondisi edafik (tanah) tertentu, sedang suatu formasi adalah unit vegetasi yang lebih besar, terdiri atas asosiasi – asosiasi yang menutupi daerah yang luas dengan kondisi edafik yang dapat berbeda – beda tetapi terdapat dalam suatu daerah iklim tertentu.
Bertalian dengan hal ini maka komunitas tumbuhan dalam suatu ekosistem hanya dapat merupakan suatu asosiasi saja (misalnya vegetasi kawah, vegetasi rawa) tetapi dapat pula merupakan suatu formasi, misalnya hutan tropic basah, hutan musim, sabana dan seterusnya.
Telah dikemukakan di atas, bahwa setiap tipe vegetasi mempunyai fisiognomi tertentu, sehingga fisiognomi dapat dijadikan salah satu sarana untuk pengenalan vegetasi. Fisiognomi setiap tipe vegetasi bersifat konstan, karena tipe vegetasi itu mempunyai komposisi yang tetap, baik secara kualitatif (melihat jenis tumbuhan yang menyusun tipe vegetasi ini) maupun secara kuantitatif (besarnya populasi tiap jenis).
- Flora
Flora adalah semua jenis tumbuhan yang merupakan kekayaan alam suatu tempat. Flora dapat pula diartikan sebagai daftar inventaris kekayaan suatu tempat yang memuat nama semua jenis tumbuhan yang tumbuh di tempat itu.
Jadi flora Pulau Jawa adalah nama – nama jenis tumbuhan yang menjadi kekayaan Pulau Jawa. Informasi tentang hal ini dapat berupa buku yang memuat nama – nama jenis – jenis tumbuhan yang terdapat di Pulau Jawa, disertai macam – macam informasi mengenai masing – masing.
Flora bumi kita ini ditaksir meliputi sekitar 300.000 jenis tumbuhan. Kurang lebih sepuluh persen kekayaan mengenai flora itu, jadi ± 30.000 jenis, terdapat di kepulauan Nusantara ini. Sama halnya dengan vegetasi, di tempat yang berlainan terdapat flora yang berlainan pula. Selain terdapat perbedaan mengenai jenis tumbuhan terdapat pula perbedaan mengenai jumlah jenis tumbuhan.
Tempat yang kaya akan flora tidak selalu berarti bahwa tempat itu mempunyai vegetasi yang lebat. Hutan yang rindang yang menjadi penutup suatu daerah, dapat hanya terdiri atas beberapa jenis pohon saja, bahkan kadang – kadang hanya satu jenis yang tampak menonjol (bersifat dominan).
- Fauna
Jika kekayaan suatu tempat yang berupa jenis – jenis tumbuhan dinamakan flora,maka fauna adalah kekayaan yang berupa jenis – jenis hewan yang dimiliki suatu tempat. Fauna di tempat yang berlainan biasanya juga berlainan. Ada tempat yang kaya akan fauna, ada yang miskin akan fauna.
Selanjutnya terdapat pula perbedaan mengenai populasi jenis hewan di tempat yang berbeda – beda itu. Barangkali ada yang menyangka, bahwa tempat yang mempunyai vegetasi yang lebat juga mempunyai populasi fauna yang tinggi.
Menurut penelitian, daerah yang mempunyai kekayaan fauna yang besar adalah daerah – daerah dengan vegetasi sabana (padang rumput dengan beberapa pohon yang tumbuh terpisah atau bergerombol di sana – sini) dan bukan daerah yang mempunyai hutan yang lebat.
a. Tundra
Nama tundra diberikan kepada suatu formasi yang terdapat di daerah – daerah sekitar kutub utara. Tundra sebenarnya berarti dtaran tnpa pohon. Dengan penjelasan ini dapat dibayangkan bahwa tundra merupakan suatu vegetasi yang terutama hanya terdiri atas berbagai jenis rumput dan lumut kerak. Keadaan vegetative ini mirip dengan vegetasi gurun, tetapi terdapat didaerah iklim dingin, oleh sebab itu tundra sering juga disebut gurun dingin.
Tundra yang terdapat di bagian utara Skandinavia, Finladia, Rusia, Siberia dan Kanada dapat dibeda – bedakan lagi menurut jenis tumbuhan yang dominan. Jenis hewan yang menghuni daerah ini dapat disebutkan antara lain rusa kutub.
b. Taiga
Lebih ke selatan dari daerah tundra terdapat suatu formaso lain yang berupa hutan yang terutama terdiri atas anggota – anggota kelompok pohon jarum, dan meliputi daerah – daerah yang luas di semenanjung Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska dan Kanada.
Tipe vegetasi ini di daerah – daerah yang letaknya lebih ke selatan terdapat di atas pegunungan – pegunungan tinggi yang mempunyai iklim dingin seperti di sekitar kutub di luar lingkungan tundra.
Taiga merupakan hutan hijau sepanjang tahun, walaupun dalam musim dingin di berbagai tempat suhu dapat turun sampai beberapa puluh derajat di bawah nol.
Hutan – hutan pohon jrum inilah yang menjadi penghasil utama kayu yang digunakan untuk pembuatan kertas, korek api, dan lain – lain. Garis yang memisahkan taiga dengan tundra disebut batas pohon. Batas pohon juga terdapat di pegunungan – pegunungan tinggi sebagai batas lingkungan pepohonan masih dapat tumbuh di daerah tersebut. Jenis hewan di daerah ini yang terkenal antara lain serigala dan beruang.
c. Hutan Meranggas Daerah Iklim Sedang
Kedua contoh formasi diatas merupaka tipe – tipe yang terdapat di daerah iklim dingin, yang musim saljunya lebih dari tiga bulan. Di daerah iklim sedang dengan empat musim (semi, panas, gugur dan dingin) yang bergiliran secara lebih teratur, terdapat suatu formasi berupa hutan yang hijau dalam musim panas dan meranggas (menggugurkan daun – daunya) selama musim dingin. Penyusunanya adalah jenis – jenis pohon berdaun lebar, dan sehubungan dengan sifatnya yang meranggas menyebabkan hutan itu tmpak berbeda – beda menurut musimnya.
Dalam musim gugur, menjelang runtuhnya daun – daun, hutan ini memberikan pemandangan yang sangat indah disebabkan oleh timbulnya warna – warni daun sebagai akibat proses disintegrasi kimia yang terjadi di dalamnya.
Tipe hutan ini semula meliputi sebagian besar daerah – daerah dengan iklim sedang di Eropa, Asia, Amerika, dan juga daerah – daerah di sebelah selatan khatulistiwa yag mempunyai iklim yang serupa.
Namun sekarang hal tersebut sudah sangat kurang, karena pembukan daerah itu menjadi daerah – daerah pemukiman (desa – desa dan kota) maupun untuk pengembangan usaha – usaha pertanian dan industry.
d. Padang Rumput
Lebih ke selatan lagi dari daerah hutan meranggas, yang curah hujanya tidak begitu besar dengan suhu yang lebih tinggi, terdapat tipe vegetasi tanpa pohon yang disebut padang rumput.Tipe vegetasi ini menutupi daerah – daerah yang luas di Eropa (Hongaria, Rusia Selatan), Asia dan Amerika Utara.
Di sebelah selatan khatulistiwa yang mempunyai kondisi lingkungan yang serupa tipe vegetasi ini ditemukan pula. Misalnya di Australia dan di Amerika Selatan. Komposisi flora daerah ini memperlihatkan adanya pula jenis tumbuhan bukan rumput (non Gramineae) namun karena populasi rumput yang dominan, maka kemudian dinamakan padang rumput.
Padang rumput diberi nama yang berbeda – beda, misalnya di Rusia Selatan disebut stepa, di Hongaria puzta, di Amerika Utara prairi dan di Argentina pampa. Sesuai dengan keadaanya, padang rumput bisa menjadi daerah peternakan (di Amerika Serikat, Argentina).
Di daerah- daerah lain yang tanahnya cukup subur apalagi dibantu dengan teknik pengairan yang efektif padang rumput dibuka untuk pertanian, misalnya di Rusia Selatan (gandum dan kapas). Daerah padang rumput ini, khususnya di Amerika Utara, dulu banyak dihuni oleh sejenis kerbau liar (bison) dan kuda liar (mustang).
e. Vegetasi Gurun dan setengah gurun
Disepanjang garis balik, yaitu 23,5⁰C LU dan LS yang biasanya merupakan daerah – daerah dengan curah hujan tahunan yang sangat rendah, terdapat di daerah – daerah yang vegetasinya sangat miskin. Daerah – daerah itu disebut gurun atau setengah gurun, misalnya gurun Gobi di RRC, gurun Arab di Asia Depan dan Sahara di Afrika utara.
Di sepanjang garis balik selatan kita jumpai gurun besar di Australia, Kalahari di Afrika selatan dan Atakama di Amerika Selatan. Vegetasi gurun dan setengah gurun biasanya terdiri atas jenis – jenis tumbuhan yang tahan kurang air (xerofita).
Tumbuhan ini mudah dikenal dari adanya jaringan – jaringan air dalam tubuhnya, dan tereduksinya daun – daun, bahkan kadang – kadang daun – daunya mengalami metamorphosis menjadi alat – alat seperti duri. Tempat – tempat tertentu di daerah gurun yang mempunyai persediaan air yang cukup, bisanya mempunyai vegetasi yang lebih lebar dan disebut oasis.
Daerah – daerah setengah gurun mempunyai vegetasi yang lebih rapat daripada daerah gurun, dan diantara penyusunya kadang – kadang terdapat jenis tumbuhan umur pendek, dimana daur hidupnya dapat diselesaikan pula saa air tersedia.
Selagi tanah masih basah setelah turun hujan, tumbuhan ini tumbuh, berkembang, berbunga dan berbuah dalam jangka waktu relativ sangat pendek, dan setelah menghasilkan biji segera mati.
Jenis – jenis tumbuhan yang bersifat demikian ini disebut tumbuh – tumbuhan efemer. Daerah gurun belum tentu terdiri atas tanah yang gersang.
Gbr, hal 183 Citra suatu daerah setengah gurun
Vegetasi yang miskin jenisnya disebabkan terutama karena kurangnya air. Suatu jenis hewan yang kemudian dimanfaatkan sebagai hewan tunggangan untuk melewati gurun adalah onta.
f. Sabana
Sabana adalah suatu tipe vegetasi yang tampak sebagai padang rumput dengan di sana – sini tumbuh pohon – pohon berserakan atau bergerombol. Berdasarkan jenis – jenis pohon yang menjadi penyusun sabana, kita membedakan sabana murni dan sabana campuran.
Sabana murni adalah sabana yang pohon – pohon penyusunya hanya terdiri atas satu jenis tumbuhan saja, misalnya pohon pilang (Acacia leucophloea). Sabana yang demikian ini sering diberi nama menurut jenis pohon penyusunya tadi, misalnya sabana gebang (Coryphautan) Sabana Eucalyptus dan sebagainya. Jika pohon dalam sabana itu terdiri atas berjenis –jenis pohon maka dinamakan sabana campuran.
Sabana terdapat di daerah tropis maupun subtropik yang curah hujanya tidak begitu tinggi, misalnya di Afrika, Asutralia juga di Indonesia. Tentang terjadinya sabana, ada yang beranggapan, bahwa sabana terjadi dari bekas lading yang tidak mampu kembali menjadi hutan seperti semula.
Karena kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, hanya pohon – pohon tertentu yang dapat tumbuh kembali (sebagian adalah relik hutan sebelumnya) dengan padang rumput diantaranya. Sabana merupakan lingkungan yang kaya akan fauna.
Bebagai jenis pemakan rumput, misalnya jerapah, hewan seperti kijang, zebra dan pemangsanya seperti singa dan macan tutul merupakan jenis fauna terkenal dari daerah – daerah sabana di Afrika.
g. Hutan Tropis basah
Hutan tropic basah terdapat di sepanjang khatulistiwa, yaitu daerah – daerah dengan intensitas penyinaran yang tinggi, siang dan malam kurang lebih sama panjang, suhu selalu tinggi dengan amplitude harian maupun tahunan yang relative kecil.
Karena letaknya di sepanjang khatulistiwa, maka di daerah ini juga terdapat curah hujan yang tinggi, dan hujan itu merupakan hujan zenital yang turun sepanjang tahun. Kondisi lingkunganya yang serba menguntungkan itu menyebabkan hutan tropic basah merupakan suatu tipe vegetasi yang hijau sepanjang tahun, terdiri atas pohin – pohon yang tinggi dari bermacam – macam jenis dan dalam hutan membentuk berbagai tingkat.
Pada pohon – pohon yang terdapat di hutan itu banyak tumbuh berbagai epifit maupun liana yang daun- daunya sampai kepada puncak – puncak pohon penunjangnya, dan banyak diantara pohon – pohon itu mempunyai akar banir.
Hutan ini tampak rapat dari luar berhubung rapatnya tumbuh – tumbuhan bawah (undergrowth) di bagian pinggirnya. Di bagian pinggir hutan sinar matahari masih dapat mencapai lantai hutan dan menyebabkan berkembangnya tumbuhan bawah tadi.
Di bagian tengah matahari terhalang oleh tajuk pohon yang tinggi, sehingga di bawah pohon – pohon tersebut tidak dapat berkembang tumbuhan bawah seperti di bagian pinggir.
Hutan tropic basah dibenua lama (Asia, Afrika) mempunyai komposisi flora yang sama sekali berbeda dengan hutan tropic basah di benua baru (Amerika). Bhakan di Indonesia saja terdapat perbedaan komposisi flora hutan ini yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Hutan tropic basah di Amerika selatan dinamakan selva.
Hutan tropic basah dimana – mana menghadapi bahaya yang besar, terutama akibat praktek – prakterk perladangan dan pengembalian kayu untuk bermacam – macam keperluan. Walaupun lokasinya di daerah tropic dengan kondisi lingkungan yang serba menguntungkan, namun apabila eksploitasinya tidak dilakukan dengan bijaksana maka akan terjadi erosi flora hutan tersebut.
Bahaya yang akan datang memang tidak boleh dianggap ringan. Bahaya yang akan datang memang tidak boleh dianggap ringan. Munculnya padang alang – alang dan terjadinya tanah – tanah kritis, bahkan kemungkinan terjadinya gurun pun bukan sesuatu yang mustahil.
Hutan tropic basah tidak sekaya akan fauna seperti sabana. Dari Asia, orang utan dan siamang merupakan contoh – contohnya yang terkenal, dari Afrika dapat disebut gorila dan simpanse, dari Amerika Selatan antara lain jaguar (sejenis macam tutul).
Hutan musim
Di lingkungan daerah tropis yang mempunyai iklim musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan yang dalam satu tahun bergantian secara teratur, terdapat suatu formasi hutan yang disebut hutan musim.
Hutan musim terdiri atas pohon – pohon yang lebih tahan kekeringan, dan ini tampak dari adanya lapisan pelindung berupa kulit mati yang tebal pada kulit batangnya. Selanjutnya pohon – pohon hutan tropic basah, tidak ada pembentukan tingkatan – tingkatan.
Satu hal lain yang menandai hutan musim adalah bahwa sebagian besar pohon – pohon penyusunya tergolong dalam tropofita, yaitu pohon – pohon yang dalam musim kemarau meranggas (menggugurkan daun – daunya) dan menjadi hijau kembali dalam musim hujan. Contohnya, pohon kapok hutan, mindi, dan jangkang.
Jenis – jenis pohon itulah yang menyebabkan hutan yang terdiri atas pohon – pohon yang mati saja. Selain daripada itu karena pohon – pohon tidak begitu rindang dan tajuknya tidak rapat (lebih – lebih dalam musim kemarau) maka sinar matahari dapat menembus sampai ke lantai hutan. Dengan demikian dalam hutan musim, tumbuhan bawah tidak hanya terbatas di bagian pinggir hutan saja, tetapi juga terdapat di bagian tengah hutan.
Selanjutnya, tidak jarang dalam suatu hutan musim terdapat satu jenis pohon yang dominan. Kemudian lahirlah nama – nama hutan musim yang didasarkan atas nama jenis pohon yang dominan itu, misalnya hutan jati, hutan angsana, dan seterusnya. Di Indonesia hutan musim terdapat di Jawa Tengah ke timur sampai Nusa Tenggara Timur.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa hutan musim lebih kaya akan fauna disbanding dengan hutan tropis basah. Jenis hewan yang tergolong dalam fauna hutan musim misalnya; rusa, babi hutan, kijang dan harimau.
h. Hutan Mangrove atau Hutan Bakau
Tipe asosisasi hutan mangrove terdapat baik di daerah tropic maupun subtropik sepanjang pantai yang landau, dan lingkungan itu kekurangan oksigen baik dalam air maupun dalam tanah. Lingkungan tersebut mempunyai kadar garam yang tinggi, sehingga tumbuhan menghadapi kesulitan untuk mendapatkan air yang diperlukan meskipun di tempat itu air berlimpah – limpah.
Keadaaan ini dikenal sebagai kekeringan fisiologi. Oleh sebab itu pohon – pohon penyusun hutan mangrove umumnya mempunyai daun – daun yang tebal dan kaku dengan lapisan kutikula yang tebal untuk mencegah penguapan air yang berlebihan.
Daerah hutan mangrove walaupun bersifat landai, tetapi tetap di bawah pengaruh air pasang dan surut, sehingga dalam keadaan air pasang hutan itu seperti hutan yang sedang dilanda banjir. Sebaliknya dalam keadaan surut, tampak akar – akarnya di atas tanah becek berlumpur.
Hutan mangrove juga disebut hutan bakau, karena penyusun utamanya adalah pohon bakau (Rhizophora). Di samping pohon bakau biasanaya terdapat pula kayu apai (Avicennia), bogem (Bruguiera) yang masing – masing menunjukan ciri – ciri khas sebagai akibat adanya penyesuaian terhadap kondisi lingkunganya.
Selain ciri – ciri mengenai daun seperti telah disebutkan di muka, terdapat pula akar – akar dengan bentuk dan struktur yang khusus untuk memungkinkan tumbuhan tersebut mendapat oksigen dari udara.
Pada Rhizophora terdapat akar – akar tunjang, pada Avicennia dan Sonneratia terdapat akar – akar napas dan pada Bruguiera akar – akar lutut. Pada semua jenis akar tersebut, bagian yang muncul di atas lumpur atau air berguna untuk penyerapan oksigen dari udara.
Agar individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan pasang surut, terutama pada bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan vivipara. Yang dimaksud dengan vivipara di sini adalah berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, belum tanggal dari pohon induknya.
Dalam pola itu tampak jelas akar yang tumbuh ke bawah, kadang – kadang panjangnya mencapai satu meter. Jika biji yang sudah berkecambah itu akhirnya lepas dari pohon induknya, maka dengan akarnya yang panjang itu dapat menancap cukup dalam di lumpur dan dengan demikian tak akan terganggu oleh arus air yang terjadi pada gerakan pasang dan surut.
Hutan bakau di Indonesia terdapat disepanjang pantai timur Sumatera, pantai barat dan selatan Kalimantan dan sepanjang pantai – pantai yang rendah di Irian dimana banyak sungai bermuara. Di Jawa hutan bakau tinggal sisa – sisanya saja, yang masih agak luas adalah sekitar segara anakan dekat Cilacap yang merupakan muara sungai Citandui dan beberapa sungai kecil lainya.
Hutan bakau sepanjang pantai utara pulau Jawa sudah banyak yang lenyap berubah menjadi tambak – tambak untuk pemeliharaan ikan. Jenis – jenis hewan yang dapat ditemukan dalam lingkungan hutan bakau terutama adalah ikan dan hewan melata (buaya, biawak) serta burung yang bersarang di atas pohon – pohon hutan itu, khususnya di daerah – daerah yang aman dari gangguan orang.
i. Hutan Lumut
Contoh tipe asosiasi kedua sekarang kita ambilkan dari suatu tempat yang letaknya berlawanan dengan hutan bakau, yaitu suatu tipe vegetasi di daerah pegunungan yang dinamakan hutan lumut atau hutan kabut.
Hutan pegunungan ini biasanya terdapat di lereng gunung pada ketinggian di atas batas kondensasi uap air, sehingga hutan itu seakan – akan selalu diselimuti kabut (awan), oleh sebab itu dinamakan pula hutan kabut.
Lingkungan yang sangat lembap dan suhu yang relative rendah memungkinkan pertumbuhan lumut yang baik, sehingga pohon – pohon hutan seringkali penuh dengan lumut, tidak hanya batang dan dahan – dahan, tetapi sampai daun – daunya.
Jadi lumut dalam hutan ini tidak hanya hidup sebagai epifit tetapi juga sebagai epifil (epi=atas, phyllon=daun). Banyaknya lumut pada pohon – pohon hutan itulah yang menyebabkan tipe hutan ini dinamakan hutan lumut.
Jadi hutan lumut bukanlah hutan yang terdiri atas tumbuhan lumut, melainkan hutan yang pohon – pohon penyusunya ditumbuhi lumut. Pohon – pohon itu sendiri termasuk jenis yang dapat hidup baik pada elevasi yang tinggi (seperti berbagai jenis pohon pisang, sarangan). Selain oleh lumut, pohon – pohon hutan ini juga ditumbuhi lumut kerak, terutama jenis rasuk angina atau tahi angina (Usnea = lumut janggut).
Berjalan dalam hutan demikian ini rasanya seperti terus – menerus kehujanan karena lembabnya udara, sehingga air bercucuran ke bawah dari daun – daun pohon dan dari lumut – lumut serta lumut janggut yang bergantungan pada pohon – pohon tersebut. Contoh – contoh yang diberikan di atas hanya merupakan sebagian kecil saja dari tipe – tipe vegetasi yang ada.