Tindakan Untuk Pelestarian Revolusi Biru Dalam Pengembangan Sumber Daya Hayati

Tindakan Untuk Pelestarian Revolusi Biru Dalam Pengembangan Sumber Daya Hayati - Lautan juga merupakan ekosistem. Sebagai ekosistem, lautan juga memiliki komponen – komponen produsen, konsumen, detrivitor dan pengurai. Kehidupan di lautan tergantung pertama dan terutama pada produsen yang disebut fitoplankton.

Konsumen tingkat pertama, pemakan fitoplankton adalah zooplankton. Keduanya, fito dan zooplankton merupakan konsumsi pertama dan utama bagi ikan – ikan kecil bahkan ikan hiu. Ikan – ikan kecil menjadi santapan ikan yang lebih besar maupun kerang – kerangan.

Begitu seterusnya terjadilah rantai dan jaring – jaring makanan di lautan. Bertindak sebagai detrivitor umumnya adalah bintang laut, moluska laut dan ikan/hewan dasar laut. Hasil penguraian zat – zat sisa makanan, bangkai – bangkai hewan/tumbuhan terbawa oleh sirkulasi air laut ke permukaan dan menjadi pasokan unsur hara bagi fitoplankton untuk keperluan hidupnya dan pembentukan energy dari fotosintesis. 

Contoh Biota laut fitoplankton

Dari uraian tersebut jelas, kedudukan plankton adalah menentukan bagi kehidupan di lautan, karena itu upaya melestarikan kehidupan laut dalam mekanisme revolusi biru adalah membersikan permukaan laut, menghindari penangkapan yang tak kenal batas dan melarang penggunaan cara dan alat berbahaya. 

1. Membersihkan permukaan laut

Lautan sebagai penghubung antarpulau, merupakan wahana bagi berlayarnya ribuan kapal – kapal motor yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Tetes – tetes bahan bakar minyak dan pelumas tak dapat dihindari terjadinya. Belum lagi tumpahan secara besar – besaran yang disebabkan oleh pecahnya kapal –kapal tanker, peperangan laut dan kesengajaan dari negara – negara yang membuang limbah minyak ke laut. 

Seperti yang telah diketahui, minyak mempunyai massa jenis lebih kecil daripada air (laut), jadi tetes – tetes minyak ini mengambang dan cepat merasa terbawa ombak, menutupi permukaan laut. Akibatnya adalah proses fotosintesis fitoplankton terbungkus oleh minyak. Kamu dapat menceritakan lebih lanjut apa aja yang mungkin terjadi dengan keadaan demikian. 

Dengan ulasan pendek di atas, kamu dapat menangkap suatu makna dari judul pasal ini yaitu tentang perlunya membersihkan permukaan laut. Perlu kamu ingat, pencemaran permukaan laut tidak hanya terjadi oleh tetes – tetes minyak tersebut di atas. 

Jika kita lihat dari pesawat terbang yang melintas di atas pantai utara pulau Jawa dan pantai selatan dan timur Kalimantan, akan terlihat berapa keruhnya perairan pantai itu hingga jauh menjorok ke laut terbuka. Sungai yang bermuara di lautan tersebut menumpahkan air keruh serta segala macam sampah kertas, plastik, kaleng, sampah kota, kotoran manusia dan berbagai limbah pabrik yang padat maupun cair dan beracun. 

Kekeruhan air dan sampah mengurangi intensitas cahaya untuk fotosintesis plankton dan rumput laut lainya. Beberapa spesies ikan, udang dan binatang karang tidak dapat bertoleransi pada tingkat kekeruhan tertentu. 

Beberapa jenis ikan akan mati oleh keracunan limbah pabrik atau polutan lainya dari darat. Mungkin kamu pernah menyaksikan tayangan TV yang memperlihatkan ribuan ikan dan biota laut lainya mati mengambang di teluk Jakarta pada pertengahan tahun 1993. Kejadian tersebut antara lain oleh sebab – sebab tersebut. 

Di samping penyebab – penyebab di atas, tercemarnya air laut yang berakibat terganggunya kehidupan biota laut adalah juga disebabkan oleh sisa – sisa pupuk dan pestisida. Bahkan kimia tersebut setiap musimnya ribuan ton ditaburkan di tanah pertanian, padang golf, perkebunan dan sawah ladang lainya. 

Tidak semua zat itu terserap oleh tumbuhan atau tertahan oleh tanah lahan tersebut. Sebagian bahan kimia tersebut terhanyut oleh air hujan, masuk sungai dan langsung ke laut. 

Akhir – akhir ini diketahui dan menjadi pembicaraan kalangan kelompok lingkungan hidup tentang pembuangan sampah nuklir diperairan negara – negara berkembang, termasuk perairan Indonesia. 

2. Menghindari Penangkapan yang tak kenal Batas

Antara tahun 1950 dan 1970 dengan menggunakan kapal – kapal pukat besar dan modern, pengurasan ikan dunia dari laut berlipat tiga kali, dsri 23 hingga 77 juta ton, suatu pelonjakan yang jauh lebih besar daripada kenaikan sumber makanan manusia yang lain dalam periode yang sama. 

Tetapi dalam tahun 1971 hingga 1976 grafik penangkapan ikan mulai mendatar dan kemudian ada kenaikan yang kurang berarti hingga tahun 1985 menjadi 84 juta ton saja. Sementara itu populasi manusia terus berkembang, sehingga antara 1970 – 1985 tangkapan ikan rata – rata tiap orang menurun dan menurun hingga rata – rata kembali seperti tahun 1960 pada tahun 2000 mendatang. 

Menurunya tangkapan ikan disebabkan oleh banyak hal yang saling berkaitan. Hal tersebut disebabkan oleh kombinasi perubahan alam keadaan lautan, penangkapan yang tak kenal batas, polusi dan perusakan daerah muara dan pantai, hutan bakau serta wilayah tangkapan ikan – ikan dan kerang – kerangan komersial. 

Penangkapan tak kenal batas mengakibatkan banyak ikan – ikan yang belum dewasa ikut terjaring sehingga populasi ikan menurun. 

3. Penggunaan Alat Berbahaya

Penangkapan ikan tidak kenal batas juga terjadi karena nelayan – nelayan yang tidak bertanggung jawab menggunakan bahan peledak atau portas (senyawa kimia) yang bersifat racun. Dengan cara ini, baik ikan yang mempunyai nilai ekonomi maupun tidak beserta berbagai biota lainya ikut mati. 

Padahal biota ini merupakan mata rantai makanan yang membentuk jaring – jaring kehidupan dalam ekosistem laut. Pengambilan terumbu karang juga menjadi penyebab makin menurunya produksi ikan, karena terumbu karang di samping berfungsi sebagai penahan gelombang laut juga merupakan habitat berbagai jenis ikan yang jadi sumber makanan manusia. 

Usaha – usaha Pengembangan dan Peningkatan Produksi Ikan 

Cara – cara penangkapan ikan yang dapat berakibat pengrusakan ekosistem laut dan penurunan populasi ikan harus segera dihentikan. 

Usaha – usaha pengembangan dan peningkatan produksi ikan tersebut antara lain sebagai berikut. 

  • Mengatur waktu penangkapan ikan tertentu pada perairan tertentu untuk memberi kesempatan ikan – ikan tersebut melampui masa bertelur.
  • Membatasi ukuran ikan – ikan tertentu yang boleh ditangkap antara lain, dengan cara menggunakan jala bermata lebar, agar ikan – ikan lebih kecil lolos tidak terjaring.
  • Menghentikan penangkapan ikan yang menggunakan cara dan alat yang dapat membunuh ikan/biota laut lain yang tidak diperlukan.
  • Menghentikan pengambilan karang laut dan kayu bakau di pantai seperti yang telah terjadi disekitar kepulauan kai, Tanimbar, Dobo, dan pantai – pantai lain. 
  • Menggalakan peternakan ikan (akuakultur) misalnya dengan pertambakan, jala terapung atau membudidayakan berbagai kerang – kerangan yang biasa dilakukan di daerah pantai atau muara sungai. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel