Sel Darah Merah, Fungsi Dan Kinerjanya

Sel Darah Merah, Fungsi Dan Kinerjanya - Proses pembentukan sel darah merah dinamakan eritropoiesis. Proses tersebut berlangsung pada sumsum tulang jaringan meiloid yang terdapat pada ruas tulang belakang, tulang rusuk, tulang tengkorak, tulang skapula, pelvis, tulang lengan atas dan paha. Dalam keadaan tertentu, sumsum kuning tulang juga dapat berperan sebagai tempat pembentukan sel darah merah.

Di dalam sumsum tulang hemisitoblas akan membelah menjadi sel induk mieolid (myeloid sistem cells) dan sel induk limfoid. Sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel darah merah dan beberapa jenis sel darah putih, sedangkan sel induk limfoid akan berdefiriensi menjadi beberapa jenis limfosit.

Hasil diferensiasi dari induk mieloid adalah proeritoblas yang selanjutnya akan memasuki beberapa tahapan eritoblas, antara lain eritoblas basofilik, eritoblas polikromatofilik dan normoblas.

Proses ini berlangsung selama tiga hari. Pada tahapan ini, eritoblas aktif menyintesis Hb. Normoblas akan berkembang menjadi retikulosit setelah kehilangan intinya.
Perkembangan normoblas menjadi retikulosit berlangsung selama dua hari. Selanjutnya, retikulosit akan masuk peredaran darah dan dalam waktu 24 jam akan menjadi eritrosit atau sel darah merah. 

Sel Darah Merah, Fungsi Dan Kinerjanya

Secara normal, eritropoiesis akan berlangsung bila tersedia beberapa bahan dan faktor pembentuknya, antara lain asam amino, zat besi (Fe), beberapa vitamin seperti B₁₂, B₆, dan asam folat. Eritropoiesis secara tidak langsung juga dipengaruhi beberapa macam hormon, antara lain tiroksin, hormon pertumbuhan dan hormon endrogen.

Sel darah merah yang sudah tua atau rusak akan mengalami perombakan atau penguraian menjadi molekul yang lebih kecil. Perombakan dilakukan sel darah tersebut oleh makrofag di dalam limpa, hati, dan sumsum tulang. 

Di dalam organ tersebut sel darah merah akan akan dipecah menjadi heme dan protein. Selanjutnya, protein akan dipecah menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu asam amino untuk diedarkan kembali ke jaringan melalui peredaran darah.

Heme akan dirombak Fe dan biliverdin. Di dalam darah, Fe akan terikat oleh protein plasma yang dinamakan transferin. Di dalam sumsum tulang, Fe akan digunakan untuk bahan pembentukan sel darah merah yang baru, sedangkan di dalam hati atau limpa, Fe akan disimpan dalam protein khusus yang dinamakan feritrin dan hemosiderin.

Sel makrofag di dalam hati, limpa dan sumsum akan mengubah biliverdin menjadi bilirubin. Bilirubin di dalam peredaran darah akan berikatan dengan albumin menuju hati untuk diekresikan ke kantung empedu. 

Seperti yang tampak pada gambar, Bilirubin akan diekresikan dari kantung empedu ke usus halus, Selain itu, bilirubin yang ikut peredaran darah ada yang menuju ginjal, Setelah dari usus halus, bilirubin akan terbawa ke usus besar. 

Oleh bakteri, bilirubin akan diuraikan menjadi urobilinogen dan sterkobilinogen. Beberapa urobilinogen ada yang terserap oleh pembuluh darah dan sampai ke ginjal.

Jika ada oksigen, urobilinogen dan sterkobilinogen di dalam usus besar akan diubah menjadi urobilin dan sterkobilin yang akan memberi warna kuning kecoklatan pada feses, sedangkan urobilinogen di dalam ginjal akan diubah menjadi urobilin. Bersama dengan bilirubin, urobilin dalam ginjal akan ikut memberi warna pada urine.
Semoga bermanfaat.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel